Perkembangan Islam di Jepang mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Banyak orang Jepang yang mayoritas tak beragama mulai mempelajari Agama Islam.
Selain itu, masjid pun kini semakin banyak dibangun oleh para pendatang dari negara-negara Islam seperti Turki, Pakistan, maupun dari Indonesia.
Agama Islam di Jepang

Ini menjadi kabar baik bagi para turis asing yang ingin berkunjung ke Negeri Matahari Terbit tersebut. Seperti yang akan saya ceritakan mengenai pengalaman menjadi minoritas Islam di Jepang berikut ini.
Sejarah Masuknya Islam ke Jepang

Agama Islam atau Isuramu Kyou (イスラム教) dalam Bahasa Jepang pertama kali dikenal oleh Penduduk Jepang pada tahun 1877 sebagai bagian dari pemikiran agama barat dan sekitar tahun itu pula, kisah Nabi Muhammad telah dibukukan dalam Bahasa Jepang.
Hal ini membantu Islam di Jepang menempatkan diri dalam pemikiran intelek. Orang Jepang sendiri yang pertama kali memeluk Islam adalah Mitsutaro Takaoka pada sekitar tahun 1909. Ketika menunaikan haji di Mekah, dia mengubah namanya menjadi Omar Takaoka.
Masjid Pertama di Jepang

4 September 2015 silam, ketika saya backpacker-an ke daerah Kobe, di Prefektur Hyogo saya sempat mengunjungi Masjid Kobe untuk melaksanakan Shalat Jumat disana. Masjid Kobe adalah Masjid tertua di Jepang yang didirikan pada tahun 1935 yang pembangunannya didanai oleh Komite Islam Kobe.
Ketika perang dunia ke-2, hampir seluruh kawasan Jepang termasuk Kobe hancur akibat ledakan bom di daerah Hiroshima dan Nagasaki, namun berkat kekuasaan Allah, Masjid Kobe tetap berdiri kokoh dan menjadi satu-satunya bangunan yang tersisa ketika itu.
Keajaiban Masjid Islam di Jepang Kobe

Masjid Kobe sekali lagi diuji dengan Gempa yang melanda kota tersebut pada tanggal 17 Januari 1995. Gempa berkekuatan 6,9 Skala Richter itu telah membumi hanguskan kota Kobe. Ketika saya melihat arsip dokumen yang dipajang di bagian belakang masjid, saya tertegun sekaligus takjub dengan kebesaran Allah.
Di dalam foto terlihat sesaat setelah gempa dahsyat tersebut, Sepanjang mata memandang, semua bangunan rata dengan tanah. Korban tewas tertulis berjumlah 5.502 Orang. Allah kembali menunjukkan mukjizatnya. Masjid Kobe tetap kokoh berdiri di tengah puing-puing reruntuhan bangunan lainnya.
Islam di Jepang Era Modern Saat Ini

Stasiun kereta, pusat perbelanjaan, bandara, dan tempat-tempat umum di Jepang berusaha lebih ramah kepada Umat Islam dengan cara menyediakan fasilitas dan ruang ibadah serta makanan-makanan halal di tengah kenaikan yang signifikan wisatawan Islam menyusul kebijakan pemerintah Jepang tentang peraturan mengeluarkan visa pada Juli 2013.
Pengalaman Menjadi Minoritas Muslim di Jepang

Selama 3 tahun tinggal di Jepang dan jadi minoritas disana, memang cukup banyak kesulitan yang ditemukan, Meskipun kini pemerintah Jepang sangat welcome terhadap Muslim, Masyarakatnya pun toleransi dalam hal beragama, namun banyak hal juga yang menghambat kegiatan saya dalam beribadah seperti :
Makanan Halal di Jepang

Hampir semua produk yang dijual di Jepang tak ada label halal seperti layaknya produk di Indonesia. Produk-produk seperti Snack, Kue, Eskrim, dan lain sebagainya rata-rata mengandung zat-zat yang dilarang dalam Islam.
Kalaupun ingin membeli makanan halal, kita harus membelinya di Asian Foods Shop yang terletak jauh dari tempat tinggal. Jika ingin membeli makanan halal atau produk Indonesia, saya yang di tinggal di daerah Toyota, Aichi pergi ke Kota Anjou yang terletak 40 menit dari Kota Toyota dengan menggunakan Kereta.
Biasanya setelah menunaikan shalat di Masjid Anjou, saya mampir ke Asian Foods Shop yang kepemilikannya dikelola oleh para imigran dari Pakistan yang sudah menetap disana.
Puasa di Jepang

3 kali menjalani Ramadhan di Jepang sungguh pengalaman yang mengesankan. Waktu puasa di Jepang yang bertepatan dengan musim panas membuat kita yang belum terbiasa akan kesulitan menjalaninya.
Total 16 jam kita harus menahan lapar dan haus karena ketika musim panas, matahari terbit lebih awal yaitu sekitar pukul 03:00 dan tenggelam pukul 19:10.
Shalat Jumat di Masjid Jamii Tokyo

Masjid Jamii Tokyo atau Masjid Turki adalah masjid terbesar di Jepang dan juga masjid tertua kedua di Jepang setelah Masjid Kobe. Masjid yang dibangun pada tahun 1938 oleh arsitek Turki bernama Muharrem Hilmi Senalp ini mempunyai bentuk arsitektur yang indah dan menakjubkan.
Masjid ini dibuka untuk umum bahkan orang nonmuslim pun dapat mengunjungi masjid ini. Strategi ini dilakukan guna mengenalkan Islam di Jepang kepada Pribumi.
Pengalaman Shalat Jumat di Masjid Tokyo

Saya pun berkesempatan mengunjungi Masjid Jamii ini untuk melaksanakan shalat jumat ketika musim dingin bulan Desember 2014 silam. Ketika shalat jumat, tak hanya orang muslim saja yang hadir, banyak wartawan dari stasiun televisi dan warga sekitar yang ingin mengetahui tentang Islam lebih dalam.
Saya pun berkesempatan bertanya dan berfoto bersama imam besar Masjid Jami Tokyo. Beliau mengatakan dengan penuh semangat bahwa suatu saat Islam akan menjadi agama nomor 1 di Jepang. Beliau pun berpesan kepada saya agar terus mengajak Orang Jepang untuk mengenal Islam lebih dekat,
Sebelum pulang saya dijamu dengan makanan khas Turki dan membeli sedikit oleh-oleh. Kita juga bisa mengikuti tur ke masjid dengan pengantar Bahasa Jepang selama 90 menit. Dalam tur tersebut kita bisa belajar pengetahuan tentang Islam dan juga tentang Masjid Jamii sendiri.
Kesimpulan Tentang Perkembangan Islam di Jepang

Islam di Jepang memang sudah mulai tersebar dan diminati oleh warga Jepang sendiri, Persaingan hidup yang tinggi membuat orang Jepang mengalami tingkat stress tinggi, maka mereka mencari solusi salah satunya dengan memperdalam agama Islam.
Meskipun begitu, untuk saat ini tetap saja Islam masih menjadi kaum minoritas di negara tersebut, kita akan menemui berbagai kesulitan baik berupa makanan, ibadah atau yang lainnya. Untuk itu mari sama-sama kita doakan semoga Islam semakin berjaya di bumi Jepang.
Sugoi…
Makin semangat utk segera “mangkat” kejepang.. ??
mantab mas bro… asli mana to ?