Sensasi liburan musim dingin di Hokkaido yang saya ceritakan kali ini adalah salah satu pengalaman mengesankan saya ketika di Jepang. Hobi backpacker-an ini saya salurkan di tengah rutinitas dan kepenatan saya 3 tahun bekerja di Jepang.
Meskipun biaya yang dikeluarkan tidak sedikit, namun banyak pengalaman berharga yang saya dapatkan dan tentunya belum tentu bisa terulang setelah pulang ke Indonesia.
Liburan Musim Dingin di Hokkaido

Hokkaido (北海道)adalah nama pulau dan juga prefektur terbesar di Jepang. Pulau dengan ibukota Sapporo ini terletak di bagian paling utara Jepang dan berbatasan langsung dengan Pulau Honshu yang dihubungkan dengan terowongan Bawah Laut Seikan.
Hampir sepanjang tahun Hokkaido selalu diselimuti salju tebal dengan suhu terendah mencapai minus 30 derajat celcius . Orang Jepang sendiri menyebut Hokkaido dengan sebutan Yukiguni (雪国) atau Negeri Salju.

Pada tahun 1972, Hokkaido menjadi tuan rumah olimpiade musim dingin yang merupakan olimpiade musim dingin pertama di dunia. Selain itu, Hokkaido dikenal juga sebagai penghasil bir berkualitas dengan merk Sapporo dan Ramen Miso adalah makanan khasnya.
Musim Dingin di Jepang

Ketika di Jepang, saya mempunyai angan-angan ingin merasakan seperti apa rasanya suhu terdingin di Jepang. Maka Desember 2015 lalu tepatnya ketika liburan musim dingin, saya bersama 2 teman bernama Bin Yusuf dan Imam Zakimar yang kebetulan sama-sama tinggal dan bekerja di daerah Nagoya memutuskan pergi liburan ke Hokkaido selama seminggu.
Keputusan itu terbilang gila karena suhu Hokkaido di musim dingin mengalami titik terendah yaitu mencapai minus 10 derajat celcius. Namun rasa penasaran telah mengalahkan semuanya. Akhirnya kami bertiga pergi ke Hokkaido.
Hari Pertama Liburan Musim Dingin ke Hokkaido

Berangkat pukul 05:00 pagi selepas shalat shubuh, Kami sepakat bertemu di salah satu Stasiun di Nagoya. Sengaja kami berangkat menggunakan jalur darat karena ingin menikmati perjalanan panjang menempuh ribuan kilometer jarak dari Prefektur Aichi sampai Prefektur Hokkaido.
Karena tanpa persiapan yang matang dan bisa dibilang mendadak, selama di dalam kereta kami berdiskusi merencanakan rute perjalanan yang akan ditempuh dan apa saja yang akan dilakukan selama satu minggu disana.
Istirahat di Stasiun Tokyo

Sekitar jam 12 siang, kereta yang kami tumpangi baru sampai di Tokyo. Sejenak kami beristirahat, makan siang, dan Shalat Dzuhur di salah satu sudut Stasiun Tokyo.
Banyak orang disekitar melihat aktivitas shalat yang bisa dibilang aneh bagi mereka, tapi saya tak menghiraukan dan tetap khusyuk dalam shalat.
Berangkat ke Prefektur Iwate

Guna mempersingkat waktu, kami lanjutkan perjalanan yang masih panjang ini. Tempat cek point selanjutnya yang akan disinggahi yaitu Prefektur Iwate di wilayah Kantou.
Selama perjalanan, sudah berbagai jenis kereta kami coba. Suhu pun semakin dingin karena daerah Jepang bagian atas salju sudah mulai turun dengan lebat.
Menginap di Internet Kafe

Sekitar pukul 9 malam ditengah guyuran salju dan suhu dingin, sampailah di daerah Iwate. Kami yang sudah sangat kedinginan meskipun memakai jaket super tebal, segera mencari tempat penginapan di sekitar stasiun. Setelah searching di Google Map, ditemukan sebuah Internet Cafe berada tak jauh dari lokasi kami.
Kami memesan 3 kamar dengan paket 9 jam sewa seharga kurang lebih 2000 Yen. Harga ini sudah termasuk fasilitas internet, komik, dan sarapan gratis, juga tersedia Nomihoudai (飲み放題) atau minum sepuasnya dengan berbagai jenis minuman seperti jus, minuman bersoda, kopi, eskrim, dan lain sebagainya.
Hari Kedua Liburan Musim Dingin ke Hokkaido

Kami terbangun di pagi hari saat salju terus mengguyur daerah Iwate dan sekitarnya. Setelah mandi, sarapan dan membereskan segala perlengkapan, segera kami bergegas keluar meninggalkan Internet Cafe.
Terlihat di luar hampir tak ada aktifitas, jalanan sepi tak banyak yang lalu lalang seperti biasanya. Paling hanya anak sekolah dan warga yang menyingkirkan tumpukan salju dari pekarangan rumahnya yang terlihat di pagi itu.
Naik Shinkansen Menuju Shin Aomori

Kembali kami melanjutkan perjalanan dengan menggunakan kereta. Target di hari kedua ini adalah bisa sampai ke Hokkaido sebelum jam 5 sore. Namun rencana tak sesuai harapan, di tengah perjalanan banyak mengalami hambatan tak tertuga.
Tiket jenis Seishun 18 Kippu yang kami pakai pun hanya bisa digunakan sampai Stasiun Morioka. Terpaksa kami bertiga harus merogoh kocek kembali untuk membeli Tiket Shinkansen menuju Shin Aomori Station di Prefektur Aomori.
Kecepatan Shinkansen Hayabusa

Kami menaiki shinkansen jenis Hayabusa dengan kecepatan hampir 300 km/jam. Jarang tempuh dari Morioka Station sampai Shin Aomori Station yaitu sekitar 200 km berhasil ditempuh hanya dalam waktu 64 menit. Terpaksa kami pergi dengan shinkansen untuk memangkas waktu perjalanan meskipun resikonya biaya tiket yang mahal.
Pukul 12:29 tepat, shinkansen berhenti di pemberhentian akhir Stasiun Shin Aomori. Salju turun deras sekali hampir menutupi bagian rel kereta. Setelah beristirahat dan menghangatkan diri di tempat makan sekitar stasiun, kami melanjutkan perjalanan karena waktu yang semakin mepet.
Naik Kereta Lokal Shin Aomori – Aomori
Dari Stasiun Shin Aomori perjalanan harus dilanjutkan ke Stasiun Aomori agar dapat menuju Hokkaido. Sayang, karena daerah terpencil, kereta hanya datang satu jam sekali. terpaksa kami menunggu sembari menahan dingin di dalam stasiun.
Setelah tiba di Stasiun Aomori, kembali kami harus membuka dompet karena akses untuk menuju Hokkaido hanya bisa dilalui menggunakan kereta jenis Hakucho. Kereta ini sangat spesial karena melewati terowongan bawah laut Sugaru. Terowongan ini menghubungkan Pulau Honshu dan Pulau Hokkaido dengan panjang 33,46 mil.
Menyebrangi Terowongan Bawah Laut

Menjelang Maghrib akhirnya kereta berhasil menyeberangi Selat Tsugaru yang memisahkan kedua pulau tersebut, Tibalah kami di Pulau Hokkaido tepatnya di Kota Hakodate.
Ketika melihat perkiraan cuaca di handphone, tertulis suhu -1 derajat celcius. Cukup dingin namun masih dalam batas normal karena di Nagoya pun saya pernah merasakan suhu dibawah 0 derajat.
Karena merasa lelah dan kedinginan, maka kami memutuskan beristirahat dan kembali mencari Internet Cafe di sekitar stasiun. Di Jepang Internet Cafe memang banyak ditemukan di tempat-tempat strategis seperti stasiun. Jadi anda tak perlu khawatir jika suatu saat melancong ke Jepang dan bingung mencari tempat tinggal.

Hari Ketiga Liburan Musim Dingin ke Hokkaido

Hari ketiga ini kami habiskan untuk menjelajah kota Hakodate, rasa penasaran membuat dinginnya suhu di luar tak dihiraukan. Beberapa tempat wisata berhasil kami singgahi seperti Fort Goryokaku, Mount Hakodate, dan lainnya. Tak lupa kami pun mencoba alat transportasi Trem yang terkenal di sana.

Hari Keempat Liburan Musim Dingin ke Hokkaido

Singkat cerita ketika memasuki hari keempat, setelah puas bermain di Hakodate kami lanjutkan perjalanan ke tujuan utama yakni menuju ibukota Hokkaido itu sendiri, Sapporo. Dengan menggunakan kereta dibawah naungan JR Hokkaido kami kembali melakukan perjalanan panjang Hakodate-Sapporo.
Sapporo memang dikenal sebagai kota yang ramai, namun ketika musim dingin melanda, kota ini sepi bak pulau tak berpenghuni. Tempat-tempat umum seperti stasiun dan pusat perbelanjaan pun tak banyak dijumpai orang. Mungkin ketika musim dingin, warga disana lebih memilih diam di rumah menghangatkan tubuh daripada beraktivitas di luar.
Hari pertama di Sapporo kami berkeliling mencari objek menarik yang bisa di dokumentasikan. Kami juga mencari Kani ( カニ)atau kepiting yang menjadi makanan andalan khas Sapporo. Sayang, harga kepiting disini terbilang mahal yaitu sekitar 5.000 – 10.000 yen.

Hari Kelima Liburan Musim Dingin ke Hokkaido

Masih penasaran dengan kota Sapporo, kami putuskan sehari lagi menghabiskan waktu disana. Tujuan berikutnya adalah bermain snowboard di Sapporo Kokusai Skiing Resort dengan perjalanan sekitar 30 Menit menggunakan bus dari Sapporo Station.

Pukul 9 pagi bus tiba di tempat ski, segera kami melakukan registrasi dan menjajal semua peralatan yang dibutuhkan. Karena snowboard adalah olahraga yang membahayakan, banyak prosedur yang harus diperhatikan dari mulai kondisi tubuh dan kelengkapan bermain snowboard itu sendiri.

Hari Keenam Liburan Musim Dingin ke Hokkaido

Badan terasa remuk setelah dihari kelima seharian bermain snowboard, maka dihari keenam ini kami sepakat untuk pulang ke Nagoya dengan menggunakan pesawat lokal. Kami pulang memakai maskapai Jetstar penerbangan Sapporo-Tokyo melalui bandara Shin Chitose dengan harga tiket 11.250 yen.
Sebelum pulang, tak lupa kami membeli buah tangan khas Hokkaido berupa kue dan merchandise seperti boneka dan gantungan kunci. Itulah pengalaman saya ketika menjajal dinginnya Negeri Salju Hokkaido.
Banyak pelajaran yang dapat diambil dari setiap perjalanan yang saya lalui di negeri perantauan ini. Semoga kisah ini dapat menjadi inspirasi untuk pembaca semua. Kritik, saran, dan pertanyaan silahkan layangkan di kolom komentar.